Konsep Ekologi
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah ,
Logos = ilmu
Secara
umum Ekologi sebagai
salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi atau hubungan
pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan antara organisme dengan
lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan
makhluk hidup itu. Lingkungan
tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu
lingkungan biotik maupun abiotik.
Hal-hal yang dihadapi dalam ekologi sebagai suatu
ilmu
adalah organisme, kehadirannya dan tingkat kelimpahannya di suatu tempat serta faktor-faktor dan proses-proses
penyebabnya. Dengan demikian, definisi-definisi tersebut jika dihubungkan
dengan ekologi hewan dapat disimpulkan
bahwa Ekologi Hewan adalah
suatu cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi-interaksi antara hewan
dengan lingkungan biotic dan abiotik secara langsung maupun tidak langsung
meliputi sebaran (distribusi) maupun tingkat kelimpahan hewan tersebut.
Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang
melandasi kinerja hewan-hewan sebagai
individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang ditempatinya, meliputi
pengenalan pola proses interaksi serta
faktor-faktor penting yang menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan
organisme-organisme dan ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan
keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini merupakan informasi yang
dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan penerapannya
bagi kepentingan manusia, seperti; habitat,
distribusi dan kelimpahannya, makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.
Setelah
mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita
manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis
keadaannya serta peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta
kegiatan lainnya yang menyangkut keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh,
kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai dari habitatnya di alam,
distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain. Setelah
semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka
pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di
alam dengan menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi
kelimpahan populasinya kelak, menganalisis perannya dalam ekosistem,
membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan mengoptimalkan kondisi
lingkungannya menyerupai habitat aslinya.
Adapun
ruang lingkup ekologi hewan dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu; Synekologi dan
Autekologi.
·
Synekologi adalah
materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai
interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut. Contohnya;
mempelajari atau meneliti tentang distribusi dan kelimpahan jenis ikan tertentu
di daerah pasang surut.
·
Autekologi adalah
kajian atau penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi
dari individu-individu atau populasi suatu species hewan. Contohnya adalah
meneliti atau mempelajari tentang seluk beluk kehidupan lalat buah (Drosophila sp.),
mulai dari habitat, makanan, fekunditas, reproduksi, perilaku, respond an
lain-lain.
Menurut
Ibkar-Kramadibrata (1992) dan Sucipta (1993), secara garis besar pokok bahasan
dalam ekologi hewan mencakup hal berikut ini;
a. Masalah distribusi dan kelimpahan populasi hewan secara
local dan regional, mulai tingkat relung ekologi, microhabitat dan habitat,
komunitas sampai biogeografi atau penyebaran hewan di muka bumi.
b. Masalah pengaturan fisiologis, respon serta
adaptasi structural maupun perilaku terhadap perubahan lingkungan.
c. Perilaku dan aktivitas hewan dalam habitatnya.
d. Perubahan-perubahan secara berkala (harian,
musiman, tahunan dsb) dari kehadiran, aktivitas dan kelimpahan populasi hewan.
e. Dinamika pop[ulasi dan komunitas serta pola
interaksi-interaksi hewan dalam populasi dan komunitas.
f. Pemisahan-pemisahan relung ekologi, species dan
ekologi evolusioner.
g. Masalah produktivitas sekunder dan ekoenergetika.
h. Ekologi sistem dan permodelan.
Dengan
demikian ruang lingkup Ekologi Hewan meliputi obyek kajian individu/organisme, populasi,
komunitas sampai ekosistem tentang distribusi dan kelimpahan, adaptasi dan
perilaku, habitat dan relung, produktivitas sekunder, sistem dan permodelan
ekologi.
2.
Peranan Ekologi Bagi Manusia
Manusia
adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga dengan mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai
keinginannya. Dengan keberhasilannya ini dengan mudah menyebabkan laju
peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%) pertahun.
Makin
meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah menyebabkan
makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya lingkungan
buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan oleh
limbah buangan industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme,
terjadinya perubahan pola cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya
berbagai jenis penyakit yang berbahaya dan lain-lain.
Manusia
kini dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu;
1) menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya,
2) memelihara kondisi lingkungannya.
Menghadapi
kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya
penelitian-penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek
ekologi dari suatu populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor
penting dapat diketahui dengan tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih
akkurat. Hal ini dapat mendukung upaya-upaya yang akan dilakukan manusia,
karena adanya acuan yang lebih baik untuk mencegah terjadinya
perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat merugikan kondisi lingkungan
serta menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya agar lestari dan
pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Ekologi
hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan
dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan
konservasi satwa liar. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah
banyak diterapkan dalam bidang-bidang tersebut. Konsep-konsep tersebut juga
telah melandasi penanganan berbagai masalah seperti pengendalian hama dan penyakit,
penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai indicator menunjukkan
terjadinya perubahan kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa dan
parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya
konservasi satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya)
maupun exsitu (pemeliharaan di lingkungan buatan yang menyerupai habitat
aslinya) dan lain-lain.
Banyak
masalah-masalah yang terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang
senantiasa berlandaskan pada konsep efisiensi ekologi.
3.
Permodelan dan Pendekatan dalam Ekologi
Permodelan
ekologi disusun dalam menghadapi berbagai kondisi alam atau lingkungan yang
terus menerus berubah atau dinamis. Dalam hal ini manusia dituntut dapat
membuat penjelasan terhadap fenomena-fenomena alam untuk memperoleh manfaat
bagi kepentingan hidupnya maupun meramalkan kejadian yang mungkin akan terjadi
guna menghindari efek buruknya bagi manusia.Untuk dapat memenuhi tuntutan
tersebut diperlukan acuan dan peramalan yang lebih baik dan tepat. Hasil studi
tersebut dibuat dalam bentuk permodelan ekologi. Penyusunannya didukung oleh
hasil-hasil penelitian ekologi yang memberikan informasi kuantitatif dan
pengelolaan datanya banyak dibantu oleh teknik-teknik computer.
Model
Ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk
penerjemahan fenomena ekologi yang sebenarnya dan telah disederhanakan. Jumlah
variable dalam suatu model lebih rendah dari yang sebenarnya, karena yang
ditampilkan hanya faktor-faktor dan proses kuncinya saja, yaitu yang paling
penting serta paling menentukan. Informasi ini didapatkan dari hasil sejumlah
penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif maupunh eksperimental di lapangan
maupun di laboratorium.
Permodelan
ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk
penerjemahan fenomena ekologp yang sebenarnya dan telah disempurnakan.
Pendekatan
dalam ekologi dapat secara laboratories, lapangan dan matematik. Dalam ekologi
hewan salah satu kendala yang sulit adalah pengukuran, metode dan teknik
pengamatan. Hal ini disebabkan oleh sifat hewan yang senantiasa bergerak dan
berpindah-pindah baik secara liar maupun jinak. Misalnya menyangkut penentuan
kelimpahan dan perilaku hewan yang diteliti, ukuran tubuh mulai dari milimikron
sampai yang besar dan tinggi, stadia perkembangan, kecepatan dan daya gerak
yang berbeda-beda, lingkungan yang ditempati juga berbeda-beda seperti; habitat
daratan, perairan tawar ataupun laut serta keunikan dan kespecifikan perilaku
hidupnya termasuk aktivitasnya dalam sehari.
Metode
dan teknik penelitian bukan saja ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas,
tetapi hal lain yang sangat penting adalah tujuan, sasaran dan manfaat dari
penelitian itu. Penelitian ekologi hewan yang bersifat deskriptif ataupun
eksperimental dengan data kuantitatif memerlukan desain (rancangan), prosedur
kerja serta pengolahan data secara statistik.
Penelitian
eksperimen, pada dasarnya melibatkan 2 komponen atau perangkat obyek yang
diteliti, yakni; perangkat eksperimen (perlakuan) dan control. Perangkat
control merupakan suatu perangkat obyek yang diamati dan kondisinya serupa
benar dengan perangkat eksperimen, kecuali ada hal-hal tertentu merupakan
faktor atau proses yang diteliti atau yang diberikan sebagai perlakuan.
Pada
umumnya penelitian eksperimen dilakukan di dalam laboratorium yang kondisinya
sangat berbeda dengan kondisi di lingkungan alami atau kondisi habitat alami
yang ditempati hewan yang diteliti. Kondisi lingkungan dalam suatu penelitian
laboratorium merupakan kondisi yang dapat dikendalikan oleh peneliti, misalnya
dibuat sangat berbeda dalam satu atau lebih faktor lingkungan dibandingkan
dengan kondisi lingkungan alami atau dibuat sedemikian rupa yang sangat mirip
dengan kondisi lingkungan alami.
4.
Aplikasi Konsep Ekologi Hewan
Dalam
perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan lahirnya
cabang-cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi yang
terbatas, khusus dan mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme,
misalnya; Ekologi Tumbuhan, Ekologi
hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma, Ekologi Serangga, ekologi Burung dan
lainnya.
Ekologi
Hewan, bahasannya memerlukan pemahaman mengenai aspek-aspek biologi lainnya
juga menyangkut matematika dan statistika. Sebenarnya konsep, asas ataupun
generalisasi dalam ekologi hewan telah banyak memberikan nilai-nilai terapan
yang cukup dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehata dan pengolahan maupun
konservasi satwa liar. Penerapan ekologi makin penting dengan semakin
diperlukannya upaya-upaya manusia dalam memelihara ketersediaan sumberdaya
serta kualitas lingkungan hidup yang berkesinambungan.
Dalam
bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan
faktor pembatas serta dalam masalah pengendalian populasi hama dan
penyakit (Biological Control). Dengan konsep ekologi hewan juga telah melandasi
penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai species indicator yang
menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, sudah tercemar atau belum.
Konsep lain dalam bidang pertanian dan kesehatan adalah hubungan predator
mangsa dan parasitoid inang. Dalam upaya meningkatkan hasil produk ikan maupun
ternak, pengelolaan satwa liar baik yang bersifat insitu (pemeliharaan di
habitat aslinya) maupun exsitu (pemeliharaan di lingkungan buatan) seluruhnya
berazaskan dan berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-azas ekologi.
Rangkuman:
1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hubungan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus
mempelajari interaksi antara hewan dengan lingkungannya yang menentukan sebaran
(distribusi) dan kemelimpahan hewan-hewan tersebut.
3. Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman
mengenai aspek-aspek dasar yang melanda kinerja hewan-hewan meliputi
individu, populasi, komunitas maupun sistem ekologisnya, guna menemukan proses
dan mekanisme kunci untuk menyusun permodelan yang akan dipakai dalam
peramalan.
4. Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu
formulasi matematik sebagai bentuk penerjemahan fenomena ekologi yang telah
disederhanakan.
5. Ruang lingkup ekologi hewan meliputi kajian
individu/organisme, populasi, komunitas, dan ekosistem tentang distribusi dan
kemelimpahan, adaptasi dan perilaku, habitat dan relung, produktivitas, sistem
dan permodelan ekologi.
6. Pendekatan dalam ekologi hewan dapat secara
laboratories dan matematik.
7. Aplikasi penerapan ekologi hewan banyak
dimanfaatkan dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan
konservasi satwa liar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar